Rabu, 31 Juli 2013

Menjadi Milyuner Dengan Menanam Jahe

TANAM JAHE…KEUNTUNGAN TIDAK SEPELE…!!!

            Memilih tanaman budidaya yang tepat memang sangat berpengaruh pada hasil dan keuntungan yang akan didapat, namun jika terlalu lama memilih tanaman yang tepat maka keuntungan yang diharap akan terlewat karena musim, dan harga biasanya berkaitan, dimana musim yang kurang mendukung harga komoditi tertentu mencapai harga tertinggi, dan sebaliknya saat musim baik dan banyak orang berbudidaya biasanya hargapun juga turun hal ini sesuai dengan hukum ekonomi. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka Petani tak perlu tunggu musim atau rame- rame menanam, sehingga tidak lagi terjadi “panen massal”, dengan demikian tak perlu terjadi penurunan harga dikarenakan terlalu banyak stok dan menurunnya jumlah permintaan. 

            Kita tentukan saja pilihan kita kali ini pada tanaman budidaya Jahe Merah. Tanaman ini tak terlalu sulit dalam berbudidayanya. Cukup di sela-sela tanaman pokok (sengon, kopi, atau tanaman buah-buahan ), Media tanam bisa menggunakan Karung/Glangsing/Polybag yang telah diisi Bokashi dan tanah dengan perbandingan 1: 3. Pengisian media tanam awalnya hanya perlu diisi setinggi kira-kira 15 cm.
            Sebagai pertimbangan nilai ekonomi Polybag yang diisi 2 - 3 tunas bibit Jahe seharga Rp. 500,-  dalam waktu 8 - 10 bulan bisa berkembang menjadi 20 kg. (jika menggunakan cara konvensional, estimasi 1 rumpon hanya kisaran 2 kg). Misalnya estimasi harga ± Rp 10.000 –  Rp. 20.000, maka per polybag dapat menghasilkan Rp. 200.000,- sampai Rp. 400.000,-. Jika Anda mempunyai 100 polybag saja maka estimasi Hasil kotor yang anda peroleh adalah Rp. 20.000.000,- sampai Rp. 40.000.000,- Sebuah keuntungan yang sangat fantastis bukan…??? Itulah potensi keuntungan yang bisa kita dapatkan, tentu dengan POLA HCS, bukan Pola Konvensional. 


            Dengan perawatan sangat sederhana yakni pemupukan berkala dengan Bokashi dan SOT HCS yang dikocorkan maupun disemprot pada bibit yang ditanam, penyemprotan dan pengocoran SOT hanya perlu dilakukan 2 minggu sekali dan penambahan Bokashi dilakukan seiring pertumbuhan tunas sampai Polybag terisi dengan ketinggian 80%. Setelah Polybag terisi Tanah dan Bokashi, maka yang dilakukan tinggal perawatan sampai panen, antara 8 – 10 bulan.

            Dan seandainya semua mau bergerak memanfaatkan tanah kosong , di pot-pot, polybag, atau pekarangan kita yang tersisa, meskipun tak begitu luas seperti program pemerintah ‘Apotik Hidup’ beberapa tahun lalu, maka kampung tempat kita tinggalpun akan mampu swasembada Jahe, bahkan tak menutup kemungkinan menembus pasar dunia.



PEMBIBITAN :
Untuk bibit jahe yang sudah siap tanam / atau yang sudah bertunas skitar 5-10 cm, namun jika susah memperoleh bibit tunas kita bisa menyemai sendiri bibit jahe yang akan ditanam. Ada beberapa teknik penyemaian. Disini saya bahas salah satunya saja yaitu penyemaian jahe dalam kotak kayu.



Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya sebelum disemai bibit harus dibebaskan dari virus penyakit dengan cara potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung  lalu dicelupkan dalam larutan PHEFOC selama 15 menit lalu keringkan. (Larutkan 1 tutup PHEFOC ke dalam 14 liter air, tambahkan 2 sendok makan gula pasir, diamkan selama 15 menit, larutan PHEFOC telah siap untuk digunakan).


Rendam kembali dengan zat pengatur tumbuh SOT sekitar 6 jam. ( Larutkan 5 tutup SOT dengan 14 liter air, tambah 2-3 sendok makan gula pasir, diamkan terlebih dahulu selama 15 menit), larutan siap digunakan. Setelah perendaman lalu tiriskan sampe kering. Benih telah siap disemaikan.
 
Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: isi kotak kayu dengan tanah+bokashi 3:1 lalu benamkan rimpang jahe tutup dgn tanh/daun kering tipis-tipis, rawat dengan menyirami 2x sehari.Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah siap dipindah ke karung/polibag/keranjang tanam

PENANAMAN 
siapkan alat dan bahan :          - cangkul / sekop (untuk mengaduk)
                                                - karung / polibag / keranjang (pakai yg bekas )
                                                - ember
                                                - bokashi
                                                - tanah
Ambil rimpang jahe dari kotak penyemaian kemudian patah-patahkan dengan tangan rimpang jahe tersebut menjadi 2 - 3 ruas, dimana 1 ruasnya terdapat minimal 2 mata tunas. 
Lalu buat campuran antara tanah dan bokashi dengan perbandingan 3:1 . Masukkan campuran tanah dan bokashi ke dalam karung/polibag/keranjang dengan ketinggian sekitar 15cm , jika menggunakan media karung sesuaikan terlebih dahulu tinggi karung dengan cara menekuk bagian atas karung seperti gambar paling atas agar ketinggian sesuai.
kemudian masukan tunas bibit jahenya, ( satu karung bisa diisi sekitar 3-4 titik tanam  untuk hasil yang maksimal)
Setelah selesai penanaman keseluruhan siram dengan air . Selama sekitar seminggu lakukan penyiraman rutin pagi dan sore agar tunas tidak layu/ kering.

PERAWATAN / PEMUPUKAN


Sirami tiap hari minimal sehari sekali, tapi jika cuaca panas atau musim kemarau sebaiknya siram 2 x sehari.

Sekitar usia 2-4 minggu lakukan pengocoran dengan fermentasi SOT.
(SOT 5 tutup, Gula 3 sendok makan, Urine 2 liter, Feses 2 liter, difermentasi 24 jam). setelah fermentasi jadi campur dengan 15 liter air lalu gunakan untuk mengocor/ menyiram.
Lakukan penyemprotan dengan SOT dan PHEFOC secara bergantian dengan interval 2minggu-4 minggu sekali.
(bahan untuk menyemprot SOT/PHEFOC 5 tutup, Gula 3sendok, bisa ditambah urine 0,5 liter fermentasi 24jam) kemudian campur air 1 tangki dan siap disemprotkan.

Lakukan pengurukan kembali dengan tanah + bokashi (3:1) pada usia 2-3 bulan atau jika terlihat rimpang jahe yang menyembul keluar timbun/uruk sekitar 10cm. 

Lakukan pengurukan ini berulang-ulang seiring pertumbuhan jahe hingga usia sekitar 8 bulan atau sampai karung /polibeg / keranjang terisi penuh dengan tanah urukan.

Dengan teknik pengurukan seperti ini kita akan mendapatkan hasil yang lumayan melimpah, karung /polibag/keranjang kita akan terisi penuh dengan rimpang jahe.

bahkan ada salah satu mitra HCS yang panen jahe satu karung/polibag/keranjang berisi 20kg jahe wooww....dahsyat bukan...???.
Jika langkah-langkah diatas sudah kita lalui selama 8-10 bulan, sudah saatnya jahe kita siap dipanen.
 
 GAJIAN TIAP BULAN.
 Banyak orang beranggapan "bertani itu tidak bisa memberi penghasilan tiap bulannya", Bertani hanya memberi penghasilan pas pada waktu panen saja. Menurut saya anggapan ini 100% salah, buang jauh2  tuh anggapan seperti itu.
Bagaimana cara mempunyai penghasilan tiap bulannya dari bertani disini kita akan membahasnya. 
Ya salah satunya dengan cara menanam jahe dengan media karung/glangsing/polibag.

Caranya tiap bulannya kita musti tanam jahe ya misal 20-40 polibag/karung. Jadi diawal tiap bulannya kita tanam jahe. Contoh misal bulan january minggu awal kita tanam 40 polibag/karung jahe, maka bulan february di minggu awal berikutnya kita tanam lagi 40 polibag/karung, begitu juga bulan maret dan bulan-bulan berikutnya. 

Kalau tanam terus kapan panennya hehe..??
Biasanya jahe sudah bisa dipanen di usia 8-10 bulan, lebih baik kwalitasnya jika panen di usia 10 bulan saja supaya jahe matang tua sempurna. Jadi untuk jahe yang kita tanam di bulan january kita panennya di bulan november awal, bulan february panen di bulan desember, maret panen di january, begitu seterusnya sehingga mulai bulan november sampai kedepan kita akan mempunyai penghasilan tiap bulannya dari hasil bertani.
Untuk skema tanam dan waktu panen bisa dilihat dari tabel di bawah ini.

Waktu Tanam
Jumlah Tanam
Waktu Panen
January
40 karung
November
February
40 Karung
Desember
Maret
40 Karung
January
April
40 karung
February
Mei
40 karung
Maret
Juny
40 karung
April
July
40 karung
Mey
agustus
40 karung
Juny
September
40 karung
July
Oktober
40 karung
Agustus
November
40 karung
September
Desember
40 karung
Oktober

Hitung-hitunganya gimana? berapa rupiah yang kemungkinan bisa kita hasilkan tiap bulan.

Modal Tiap bulannya :

Bibit jahe 40 rimpang x Rp.1.000,-     Rp.40.000 === > ( sekitar 1,5 - 2 kg jahe )

Polibag/karung 40 x Rp.1.500             Rp.60.000

Pupuk SOT dan Phefoc                        Rp.70.000

TOTAL                                             Rp.170.000,- 

Hasil tiap bulannya :                            
      Tanam jahe media karung dengan pola HCS bisa menghasilkan 10-20kg tiap polibag/karungnya. Tapi disini kita ambil contoh hasil terendah saja misalkan saja 1 polibag/karung menghasilkan 5 kg jahe dan harga jual per kilo jahe Rp.10.000.

Maka :   40 karung x 5kg                 200kg

               200kg x Rp.10.000           
Rp 2.000.000

Jadi bisa kita ketahui nantinya mulai bulan november sampai terus kedepan kita akan mendapat penghasilan Rp. 2.000.000. hasil ini bisa lebih jika hasil panen kita bisa maksimal dan harga jual jahe naik. 
Semoga saja artikel ini bermanfaat.


Sumber : internet & survey langsung lokasi, serta mau langsung praktek


Sabtu, 20 Juli 2013

Memberi Nilai Tambah Material Bekas Agar Laku Terjual

Memberi Nilai Tambah Material Bekas Agar Laku Terjual

Pernahkah Anda  memikirkan atau bahkan pernah mencoba menjadi pengusaha barang material bekas. Mudah, kan? Pekerjaan Anda sehari-hari hanya duduk-duduk dan mengawasi barang yang Anda jual, sesekali ngobrol dengan calon pembeli yang datang. Jika rezeki tiba, maka Anda akan menerima order dari pelanggan maupun calon pembeli, dan Anda-pun tinggal menghitung keuntungan. Itulah pekerjaan para penjual material bekas.
Biasanya, para pedagang material bekas ini merangkap jasa pembongkaran rumah maupun gedung. Sembari membogkar rumah, mereka  mengambil bahan bangunan bekas, yang masih bisa dipakai untuk nanti dijual kembali. Tentu saja, harga material bekas ini relatif lebih murah dibandingkan dengan membeli material baru.
Cucu Koswara, warga Cigereleng Kota Bandung, Jawa Barat ini merupakan salah satu penjual material bekas . Sebelum terjun ke bisnis jual beli material bekas, ia adalah pekerja bangunan. Ketika masih bekerja sebagai pekerja bangunan tahun 1980-an, ia sering dilibatkan untuk mengerjakan beberapa proyek pembangunan perumahan, hotel, dan pertokoan, di Bandung dan luar kota. Tak hanya itu, iapun kerap ikut proyek pembongkaran bangunan tua.
“Pada waktu melihat bangunan yang dibongkar, saya berpikir apa bisa material bekasnya seperti batu bata, genting, kaca, kayu, kusen, keramik, dijual lagi. Saya yakin, bisa memanfaatkannya asal hati-hati saat membongkarnya,” kata Cucu Koswara ketika ditemui di gudangnya, Jalan Soekarno-Hatta, Bandung.
Cucu berpikir tukang loak pun tidak pernah sepi pengunjung, selalu saja ada yang membutuhkan barang-barang bekas. Apalagi, bahan-bahan untuk membangun rumah. “Saya yakin material bekas, seperti kusen, pintu, dan sebagainya ada peminatnya. Saya ingin mencoba, karena kal; itu belum banyak yang memulai bisnis tersebut,” ujarnya.
Ia mewujudkan cita-cita itu pada 1986. Ketika itu di Bandung akan didirikan plaza di Jalan Merdeka, dekat Balai Kota Bandung. Lahan yang akan digunakan untuk pembangunan adalah Hotel Pakunegara, sehingga harus dibongkar. “Saya ditawari seorang pemborong untuk membongkar hotel tersebt, syaratnya sisa material bongkaran harus dibeli karena banyak yang bisa dimanfaatkan,” ujar Cucu.
Pemborong tersebut meminta bayaran Rp. Rp10.500.000,- sebagai biaya pembongkara. Sebagai pekerja bangunan yang sudah banyak pengalaman dan tahu kondisi bangunan yang akan dibongkar, Cucu menyanggupinya.
“Untuk membongkar hotel itu kami membutuhkan waktu sebulan,” katanya.
Pekerja yang dikerahkan sebanyak 100 orang, sedangkan upah sehari Rp3. 000, sudah termasuk makan tiga kali, rokok, dan makanana ringan. “Kenapa lama dan pekerjanya banyak karena membongkarnya harus hati-hati. Material seperti, bata, kayu, kusen, lantai, genting, besi beton, akan dijual lagi,” ujar Cucu.
Cucu pun meraup keuntungan yang berlipat dari penjualan material sisa bongkaran Hotel Pakunegara. “Waktu itu kami bisa mendapatkan Rp 100 juta dari modal awal sebesar Rp 10.500.000,” ujarnya.
Sejak itulah Cucu tidak lagi menjadi pekerja, tetapi menjadi juragan pembongkaran bangunan. Dia tidak pernah sepi dari pekerjaannya, dan makin banyak kenalannya yang senantiasa memberikan informasi tentang proyek pengerjaan bangunan, di mana, kapan, dan bangunan apa saja yang akan dibongkar.
Tak jarang Cucu diminta membongkar tanpa harus membeli bangunannya, baik oleh perorangan maupun oleh pemborong. “Saya hanya mengeluarkan biaya untuk upah pekerja dan untuk mengangkut material,” katanya.
Malah, sampai tahun 1995, justru Cucu yang sering dibayar oleh orang yang meminta membongkar bangunan.  Gudangnya pun semakin penuh dengan stok material bekas, batu bata, keramik, bermacam-macam jenis genting, kusen pintu, kusen jendela, pintu, kayu bekas kerangka atap, bahkan sampai kloset merek-merek terkenal.
“Keuntungannya waktu itu, 40% dari biaya pembongkaran bangunan,” ujarnya lagi.
Mulai tahun 2000 bisnis Cucu banyak yang mengikuti, di kanan kiri gudangnya, dan di seberang jalan bermunculan gudang serupa. Juga di tempat lain di Bandung. Bangunan yang akan dibongkar pun tidak ada lagi yang gratis, harus dibeli. Pemilik bangunan tahu, material bekas ternyata laku dijual lagi.

Calo Bongkaran Bangunan


Membongkar bangunan juga menumbuhkan calo atau makelar di bidang itu. “Saya tidak lagi langsung ditemui pemborong, tapi oleh calo, yang tentu saja meminta harga yang lebih mahal. Bahkan sekarang bongkar bangunan jadi rebutan, pemilik gudang materil bekas tidak lagi memiliki daya tawar tinggi,” ujar Cucu.
Cucu biasanya membongkar bangunan yang berukuran besar. Harganya antara Rp100 juta sampai Rp500 juta, bahkan kalau yang dibongkarnya pabrik bisa mencapai miliaran.
“Itu pun tergantung kondisi bangunannya, kalau sudah ruksak parah harganya lebih murah, sebelum menyepakati harga saya melihat dulu kondisinya,” katanya.
Di luar karyawan tetapnya sebanyak sepuluh orang, jika  mengerjakan pembongkaran bangunan, Cucu merekrut pekerja tambahan, upahnya per orang sehari Rp100.000, sudah termasuk makan tiga kali, rokok, kopi, dan makanan kecil.
“Upah pekerja mahal, karena membongkarnya tidak asal-asalan supaya materialnya tidak rusak,” kata Cucu.
Untuk mempertahankan usahanya dan agar mampu bersaing dengan yang lain, Cucu yang memiliki satu anak, lelaki, dan sudah mengantongi gelar S2, kembali memutar otak. “Material bekas kalau memungkinkan harus diberi nilai tambah sehingga harga jualnya jadi lebih tinggi, ” ujarnya.
Barang-barang porselen, seperti kloset, tempat cuci tangan, dibersihkan sampai mengkilap seperti baru. Genting juga, kalau pembelinya minta, dicet kembali dengan warna sesuai dengan keinginan pembeli. Besi bekas tulang beton dirangkai kembali, setelah sebelumnya diampelas agar karatnya berkurang.
Kusen, pintu, jendela, diserut dan diampelas sampai tampak kayunya seperti baru.  Cucu memperkerjakan tukang kayu yang bayarannya seminggu bisa sampai Rp1 juta. Dengan memberi nilai tambah pada material bekas, pendapatannya pun relatif stabil. Omzetnya sebulan rata-rata Rp300 juta, dipotong gajih pegawai tetap yang dibayar mingguan, termasuk supir tiga orang, biaya transportasi untuk tiga mobil oprasional, bayar listrik, sebulan laba beresihnya mencapai Rp100 juta.
Cucu  yang mengaku tidak pernah meminjam modal pada bank mendapat hasil sampingan dari penjualan pintu antik, jendela antik, dan kayu jati peninggalan Belanda.
“Saya pernah membongkar bangunan kantor camat  yang dibangun taun 1629. Pintunya terbuat dari jati kualitas bagus, harganya sampai Rp700 ribu perlembar,” ujarnya.
Untuk lebih mengembangkan usahanya, Cucu yang kini dibantu anaknya membuka cabang di Banjaran, Kabupatén Bandung, sekitar 20 kilometer dari gudangnya di Jalan Soekarno-Hatta Kota Bandung.

Artikel www.PengusahaMuslim.com

Ide Usaha Kecil – yang Baik dan Buruk


Ide Usaha Kecil – yang Baik dan Buruk

Ide untuk usaha kecil saja belumlah cukup. Anda harus memiliki ide yang bisa dijalankan. Dengan kata lain, Anda harus menambahkan sesuatu kedalam komunitas usaha kecil yang bisa dikerjakan. Untuk memahaminya, mari kita lihat dua contoh klasik ide bisnis. Yang satu adalah contoh yang baik sedang yang lain tidak meninggalkan jejak.

Adakah yang masih ingat mobil Edsel? Mobil ini tidak pernah menjadi pemenang. Nyatanya, dianggap sebagai "produk yang paling tidak memuaskan" dalam sejarah manufaktur mobil. Bahkan ditahap perencanaan, para penasehat sudah menyatakan ini bukanlah mobil yang menghasilkan bisnis yang besar dan menguntungkan. Secara umum, ada banyak kekurangan dalam desain mobil ini. Mobil yang besar, boros bensin di saat ekonomi yang sulit. Nama "Edsel" yang diberikanpun tidak mampu mendongkrak. Produk ini terseok-seok di pasar dan penjualannya buruk. Bukan merupakan produk yang bisa bertahan di pasar. Pada akhirnya, kerugian yang dihasilkan $400,000,000.

Sekarang, lihat contoh Federal Express yang merupakan salah satu contoh ide usaha kecil terbesar dalam sejarah. Tidak diragukan lagi, bukan hanya konsep saja yang jelas, tapi adanya permintaan yang besar terhadap konsep tersebut. Kantor Pos Negara tidak menyediakan pengiriman kilat. Semula konsep dianggap absurd dan tidak visible. Kemudian muncul Federal Express di tahun 1972. Perusahaan tidak hanya mengirimkan sesuai janji "Pasti tiba dalam sehari" bisa berlangsung dengan efektif dan murah. Sekali lagi ini adalah salah satu ide usaha kecil yang terbesar sepanjang masa. Terbukti, tidak menjadi usaha kecil dalam waktu yang lama. Dengan cepat FedEx tumbuh menjadi perusahaan jutaan dollar! Catatan yang paling menonjol ketika membandingkan kedua cerita perusahaan ini adalah perbedaan finansial mereka. Edsell gagal di pasar meskipun sudah disokong jutaan dollar oleh Ford Motor Company. Seperti yang sudah dijelaskan, Federal Express berasal dari ide usaha kecil. Diluncurkan oleh pengusaha kecil bernama Fred Smith. Smith tidak menjalankan Federal Express ataupun ide usaha kecilnya langsung menjadi perusahaan besar di tahun 1972. Beberapa hal memang mengejutkan, tapi seperti ide usaha kecil pada umumnya, pada awalnya Smith menjalankan FedEx dari rumahnya. Jadi, mengapa Smith bisa berhasil dengan sumber yang terbatas sedangkan Ford gagal? Bagaimana bisa ide usaha kecil Smith bisa mengalahkan kemampuan pemerintah dalam mengirimkan suerat ? Seperti kebanyakan ide usaha kecil yang baik, Smith menghasilkan model bisnis yang jelas dan berdasarkan kebutuhan. Dengan kata lain, ide usaha kecilnya memang masuk akal. Sebagai tambahan, adanya permintaan pasar yang tinggi atas ide usaha yang ditawarakannya. Dengan dua komponen yang dimilikinya ini, tidak mengherankan jika ide usaha Smith menuai sukses besar. Pelajaran yang bisa diambil dari sini adalah ide usaha harus jelas untuk dikerjakan. Jika tidak, ide usaha kecil tidak bisa bertahan di pasar yang kompetitif. Namun, jika ide tersebut visible, tidak diragukan lagi akan mencapai kesuksesan.

Tentu saja, semangat saja tidak bisa langsung memberikan kesuksesan. Perencanaan yang solid, strategi pemasaran, modal, dan investasi waktu memainkan peran yang penting agar usaha kecil mencapai kesuksesan. Namun, semua perencanaan, pemasaran, uang, dan tenaga tidak bisa membuat ide usaha yang tidak visible bisa berhasil. Ingat hal tersebut baik-baik ketika Anda melakukan brainstorm ide-ide Anda!

sumber : http://pengusahamuslim.com/ide-usaha-kecil--yang-baik-dan-buruk